Sulit sekali mencuri perhatianmu, bulan.
Lama aku berjalan dan berputar-putar mengelilingi malam-malam yang biasa kau kunjungi.
Namun tak selalu pula kau datangi mereka, malam-malam itu dan semua isinya.
Pun kalau kau datangi, tak pernah juga kau melihat ke arahku yang selalu menari-nari di sekitarmu.
Aku selalu menatap ke arahmu.
Berharap penuh rasa bahwa cahaya yang kau pancarkan hanya untukku.
Tapi sepertinya aku harus meluaskan hati seluas ambang batas terjauh berpendarnya cahayamu.
Merelakan pelan-pelan terhapusnya pikiran bahwa kau mengirimkan terangmu hanya untuk gelapku.
Mengandaskan keinginan bahwa kau hanya ada untukku.
Dan untuk seterusnya harus mampu menyadari kau tidaklah bisa hanya untukku.
Matahari sering menasehatiku untuk melupakan dan pergi saja darimu, dia seringkali melakukannya.
Aku mendengarkannya dengan baik, ku coba mencerna semua perkataannya, kupahami, kusimpan dalam laci-laci di hati dan pikiranku, tapi tak pernah berpikir untuk melakukan apa yang dia katakan padaku.
Paling tidak untuk saat ini.
Namun bila mungkin suatu saat aku merasa benar-benar tak ada lagi ruang malam yang tersisa untukku, bahkan untuk sebelah telapak kakiku pun, mungkin aku memang harus merenungkan ulang nasehat-nasehat sang matahari padaku.
Bulan,
Sadarilah aku,
Lihatlah aku,
Hadirlah hanya untukku.
LALITA : 51 Cerita Perempuan Hebat di Indonesia
5 years ago